Mengenal Kampung Unik di Jabar, Tolak Modernisasi tapi Pengetahuannya Jauh Lebih Pintar dari Manusia Modern
Washifmedia.com - Pesona Jawa Barat (Jabar) bukan hanya terdapat pada sentra kuliner yang beragam dan memanjakan lidah.
Namun, Provinsi Jabar juga sangat menjaga dan melestarikan budaya Sunda di Tanah Pasundan.
Di tengah era modern dan kawasan industri yang menjamur di wilayah Jabar, beberapa perkampungan masih teguh pertahankan budayanya.
Salah satunya berada di wilayah selatan Jabar dan kampung itu cukup unik karena menolak modernisasi tapi ilmu pengetahuannya lebih maju dari manusia modern.
Pola pikir warga kampung di Jabar itu selangkah lebih maju daripada manusia modern yang harusnya lebih canggih karena kemudahan teknologi.
Meski tampak sederhana, warga setempat hidup sejahtera dengan suasana tenang tanpa kegaduhan.
Dikutip washifmedia.com dari berbagai sumber, nama perkampungan di Jabar itu ialah Kampung Adat Naga di Tasikmalaya.
Tepatnya berlokasi di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jabar.
Kampung Adat Naga bukan hanya tinggal di alam, tapi hidup harmonis bersama alam.
Di sana tidak ada aliran listrik karena warga kampung adat menolak modernisasi, meski beberapa kali PLN menawarkan listrik gratis.
Karena tidak adanya listrik di sana, otomatis barang-barang elektronik seperti TV, kulkas, dan magic com tidak ada di rumah-rumah warga.
Bahkan, warga setempat juga tidak menggunakan smartphone yang di era modern ini seperti kebutuhan pokok setiap manusia.
Walaupun tanpa listrik dan elektronik yang membuat orang luar berpikir bahwa Kampung Adat Naga Tasikmalaya sangat terbelakang, tapi faktanya tidak sama sekali.
Seperti contoh, bangunan warga setempat masih berbentuk rumah panggung yang terbuat dari kayu dan bambu.
Pada tahun 2009, Tasikmalaya Jabar diguncang gempa hebat 7,3 magnitudo, getarannya terasa hingga ke Jakarta dan Yogyakarta.
Namun, dari 112 rumah yang ada di sana, tidak ada satu bangunan pun yang runtuh oleh gempa.
Semua rumah di Kampung Adat Naga Tasikmalaya masih berdiri kokoh, padahal perkampungan lainnya di sekitar itu sudah rata dengan tanah.
Warisan leluhur yang mengajarkan untuk membangun rumah panggung di negeri ini dilestarikan karena memang terbukti anti gempa.
Selain itu, cara mereka memasak nasi juga masih tradisional dengan masih menggunakan seeng dan aseupan bambu dengan tungku serta bahan bakar kayu.
Seeng atau dandang adalah periuk besar yang terbuat dari tembaga, aluminium, bahkan logam.
Sedangkan aseupan ialah alat kukus nasi yang berbentuk kerucut terbuat dari anyaman bambu.
Cara tradisional yang diajarkan para leluhur itu ternyata bermanfaat untuk kesehatan.
Dalam penelitian oleh sebuah universitas fakultas kesehatan meyebutkan bahwa cara memasak tradisional seperti itu membuat kadar gula dalam nasi berkurang.
Kepintaran warga Kampung Adat Naga di Tasikmalaya, Jabar juga terlihat saat beternak ayam di bawah rumah panggungnya.
Itu didasari karena ayam mencegah rayap menggerogoti rumah panggung yang terbuat dari kayu.
Cara mereka membuat pupuk untuk tanaman juga sangat pintar dan tak kalah hebat dari manusia modern.
Istilah dari alam kembali ke alam dipraktikkan oleh mereka, abu dari kayu bakar dibuang ke bawah rumah panggung.
Untuk nantinya akan bercampur dengan kotoran ayam, sehingga tidak ada sampah atau bahan kimia tambahan untuk membuat pupuk.
Hidup di dekat aliran sungai Ciwulan yang bermuara di Gunung Cikuray tidak membuat mereka takut akan kebanjiran.
Bukan karena memiliki rumah panggung, tapi karena mereka selalu menjaga hutan di sana.
Bahkan untuk mengambil kayu yang sudah mati di hutan untuk dijadikan kayu bakar pun tidak dilakukan oleh mereka.
Warga mengandalkan kayu di lahan kebun yang ada di sana, jika kurang lebih memilih untuk membeli kayu bakar ke luar kampung.
Pantang bagi warga Kampung Adat Naga untuk mengambil kayu dari hutan yang disebut hutan keramat.
Disebut keramat bukan berarti ada hal mistis di sana, tapi karena wilayah tersebut merupakan kawasan hijau untuk mencegah banjir.
Memiliki lahan hanya 1,5 hektar, jumlah populasi di Kampung Adat Naga Tasikmalaya, Jabar tidak lebih dari 300 orang.
Beberapa fakta tersebut membuktikan bahwa sejatinya ilmu pengetahuan yang dimiliki para leluhur sudah lebih maju dari era sekarang yang serba modern dengan teknologi canggih.
Untuk itu, bukan tanpa alasan warga Kampung Adat Naga Tasikmalaya, Jabar menolak modernisasi.
Selain melestarikan budaya Sunda, mereka juga mengetahui bahwa ajaran para leluhur merupakan kebaikan bukan keterbelakangan.
Andai saja warga menerima modernisasi dengan masuknya listrik, akan ada kesenjangan sosial yang akan merusak kerukunan antar masyarakat.
Sebagai informasi, konon nama Kampung Adat Naga di Tasikmalaya Jabar bukan berarti ada hewan mitologi China di sana.
Tapi, asal katanya berasal dari nagawir yang artinya di lereng atau di bawah tebing.
Kampung Adat Naga di Tasikmalaya, Jabar terbuka untuk umum dengan catatan harus memiliki izin lebih dulu.
Karena Kampung Adat Naga bukanlah desa wisata, ada aturan yang harus dipatuhi.*
Posting Komentar untuk "Mengenal Kampung Unik di Jabar, Tolak Modernisasi tapi Pengetahuannya Jauh Lebih Pintar dari Manusia Modern"